Karya Ariadi yang paling top

Jumat, 12 Februari 2016

Sebuah pesawat tempur milik TNI AU jenis Super Tucano jatuh di kawasan permukiman padat penduduk di Jalan LA Sucipto, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Danlanud Abdulrachman Saleh Malang, Marsekal Pertama Djoko Senoputro, menjelaskan pesawat jatuh saat sedang melakukan uji terbang. "Setelah itu, hilang kontak," kata Djoko di Malang, Rabu (10/2/2016).
 Djoko menceritakan, pada pukul 09.07 WIB pesawat take off untuk uji terbang. Pesawat sempat mencapai ketinggian 25 ribu, setelah itu turun ke 15 ribu.  Pilot Pesawat TNI AU Jatuh di Malang Ditemukan di Sawah Ini Super Tucano, Pesawat 'Bergigi' yang Jatuh di Malang Istri Pemilik Rumah Ditimpa Pesawat TNI AU Jatuh Jadi Korban Kemudian, pada pukul 10.07 WIB pesawat hilang kontak dan dilaporkan jatuh. "Laporan masyarakat juga masuk ke pihak TNI AU," ujar Djoko. Kemudian, pukul 10.20 WIB pesawat ditemukan di kawasan Blimbing, Malang, Jawa Timur. Berdasarkan kesaksian warga, sebelum jatuh pesawat terlihat berputar-putar.
 "Sebelum jatuh tadi sempat meraung lalu menukik dan jatuh ke bumi," kata Ananda di lokasi kejadian di Jalan LA Sucipto Kota Malang, seperti dilansir Antara, Rabu (10/2/2016). Korban adalah Pilot Mayor Penerbang Ifi dan Kopilot Syaiful. Kemudian seorang warga yakni Ibu Pujianto dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Namun belum diketahui kondisi para korban. Sementara itu, arus lalu lintas di kawasan Blimbing dan sekitarnya macet total. Sejumlah ambulans, mobil pemadam kebakaran dan petugas hilir mudik menuju tempat kejadian pesawat jatuh.

Rabu, 03 Februari 2016

pratamaariadi@gmial.com
AKU SAYANG KAMU
tiada kata terindah untuk mu, selain kata itu
 engkau yang selalu menjaga dan merawat ku
 kau yang selalu memberiku semangat.
 engkaulah yang aku tunggu
engkaulah yang selama ini aku idamkan
 kekasih ku jannganlah kau pergi dariku

Sabtu, 18 Oktober 2014

Terkadang diriku terasa menjadi bukan diriku. Apalah artinya jika kenyataannya hidup adalah topeng palsu dibalik tubuh yang hilang akan sukmanya. Ketika ku bernafas, yang ku hirup hanyalah teori yang terasa tidak benar-benar terjadi. Dan bibir ku ini kaku dipaksa untuk tersenyum palsu kepada wajah sahabat-sahabat ku. Entah sampai kapan aku akan menyembunyikan semua ini, menyembunyikan sakit yang ku alami dari mereka orang-orang yang ku sayangi. Pagi ini, pagi yang masih sama seperti pagi-pagi biasanya, cerah dan menggambarkan suasana yang indah untuk memulai aktifitas dengan penuh semangat. Ku seperti biasa berjalan kaki menuju sekolah dengan mengenakan jaket abu-abu kesayangan ku, walaupun aku dalam keadaan tidak sehat, tapi aku tetap terus melangkah dengan penuh semangat. Tiga puluh menit berlalu, aku telah sampai disekolah dan seketika akupun mulai bersandiwara dengan senyum palsu ku. Tak lama kemudian ketiga sahabatku menghampiriku “ pagi Dion… ” sapa sahabatku dari kejauhan “ pagi juga Fatir…” balas ku. Fatir, Fatir adalah sahabat terdekat ku dan diantara ketiga sahabat terdekatku dialah yang selalu mengerti aku, dan dia juga mengetahui keadaan yang menimpa ku sekarang. Selain Fatir ada juga Ferdinan dan Ansori merekalah ketiga sahabat ku yang selalu ada disampingku saat ku susah, senang maupun duka, ku rasakan kebahagiaan saat bersama mereka. Selintas terbayang bagaimana jika suatu hari nanti aku pergi, pergi jauh dan mungkin tak kembali untuk selamanya. Apa yang akan terjadi kepada ketiga sahabat ku, apakah mereka akan menangisi kepergianku ? apakah mereka juga akan kesepian tanpa kehadiranku disisi mereka ?... “ Dion kamu kenapa?? Kenapa kamu nangis ?” suara itu membuyarkan lamunanku “ tak apa-apa Sor, tangisan ku ini tangisan bahagia, karena aku memiliki sahabat seperti kalian, sahabat yang selalu ada untuk ku …? Jawabku sambil menghapus air mataku yang semakin deras membanjiri pipiku. ( begitu bodohnya aku, aku tak sadar jika aku meneteskan air mata). “ itulah gunanya sahabat, ayolah kawan hari ini kita harus semangat dan ceria, jangan ada tangisan!!” Ferdinan menyemangati “ sudah-sudah kok jadi kayak sinetron gini sihh, Ferdinan, Ansori, Dion masuk kelas yuk!!!” ajak Fatir. Kami pun berjalan menuju kelas. Bel sekolah telah berbunyi, pertanda sekolah telah usai. Kami berempat pun pulang menuju rumah, diperjalanan entah mengapa badanku terasa lemas, kepalaku pusing, pandanganku mulai buram. Ingin rasanya aku memanggil teman-teman ku, tapi apa daya aku semakin lemah dan tiba-tiba “BRAKKK!!!”. Gelap, disekelilingku gelap tak ada cahaya sedikitpun yang terdengar hanya suara sahabatku yang semakin lama semakin memudar dan akhirnya semuanya hening. Ku terbangun dari tidurku, entah apa yang telah terjadi, rasanya aku tlah tertidur begitu lama. Ku pandangi sekeliling ku, rasanya tempat ini tak asing bagi ku, iya tak salah lagi ini rumah sakit yang sering aku tempati “akhirnya kamu bangun juga dek “ suara itu membuatku kaget, ku tak sadar jika dari tadi ada seseorang di samping ku, yang tak lain adalah mas Sofyan, beliau yang selalu merawat ku dengan ikhlas mungkin beliaulah satu-satunya yang megetahui sakit yang ku derita, bagaimana tidak dialah dokter yang merawatku jadi mustahil jika beliau tidak mengetahui sakit yang ku derita. “ kamu udah tiga hari gak sadarkan diri, betah banget sih tidurnya ” canda mas Sofyan “bisa aja mas ini, siapa juga yang mau tidur lama”, “oh ya mas siapa yang bawa aku kesini?” tanya ku “ tiga hari yang lalu ada yang SMS mas pakek Hpnya adek , katanya kamu pingsan, ya udah mas langsung kesana, mas khawatir banget waktu itu” “ echmm mungkin itu Fatir yang SMS mas, mas aku lapar” “hehehe gimana gak lapar coba, udah tiga hari kamu gak makan apa-apa, nih mas udah bawain adek makanan, sini mas suapain ya?” “ makasih mas, mas udah selalu ada buat adek, entah kalau gak ada mas mungkin aku udah gak ada di dunia ini” “ sama-sama itu udah jadi kewajibannya mas buat jagain adek, udah makan dulu katanya lapar” Setelah satu minggu dirumah sakit akhirnya aku di perbolehkan pulang ke rumah, rasanya aku senang sekali bisa pulang, aku rindu sahabat-sahabat ku. Aku pun turun dari mobil mas Sofyan “ mas makasih ya udah mau nganterin adek pulang” “ sama-sama dek, ya udah mas gak mampir dulu ya dek mas banyak pasien” “iya mas, hati hati di jalan” Setelah mas Sofyan pergi akupun masuk ke rumah, aku masuk kamar dan ku ambil Handphone kesayangan ku, ku lihat tak ada satupun pesan dari sahabat-sahabat ku. Akupun mencoba menelpon Fatir namun telpon ku tak di angkat. Sebenarnya apa yang terjadi kenapa sahabat ku tak datang menjenguk ku, apa mereka melupakanku tapi kenapa? Keesokan harinya disekolahan ku coba temui mereka, ku ingin menanyakan kenapa mereka tak ada kabar sama sekali, namun belum sempat aku bertanya Ferdinan menjelaskan kenapa dia tak bisa kesana. “ maafin kita ya Dion kita gak sempat jenguk kamu dirumah sakit, sebab kami tidak tahu kamu dirawat dirumah sakit mana” “ tak apa-apa Fer, aku bisa ngertiin kok” jawab ku, ku merasa lega karna mereka tak melupakan aku. Akupun kembali melakukan aktifitas ku bersama ketiga sahabat ku, jujur aku tak bisa melupakan sahabat-sahabatku, meraka sangat berharga bagi ku aku sayang mereka. “ guys jika suatu saat nanti aku pergi jangan lupakan aku ya,?” pinta ku kepada ketiga sahabatku “ tak akan, kita tak kan lupakan kamu Dion, emang kamu mau kemana?” tanya Ansor “ aku gak mau kemana-mana cuman aku mau ngingetin kalian, aku tak mau kalau kalian melupakan aku, kalian semua udah aku anggap lebih dari sahabat, makasih kalian udah mau ada untuk ku dan terimakasih kalian udah mau jadi sahabat ku, aku sayang kalian guys” “ kita bakalan bersama selamanya Dion, sampai ajal yang akan memisahkan kita” Fatir menyemangati. Hari minggu, ini adalah hari libur sekolah aku pergi dengan mas Sofyan, aku ingin mewujudkan semua keinginan ku, pertama aku pergi ke Panti Asuhan untuk membagikan beberapa uang tabungan ku, setelah itu aku pergi ke tempat yang selama ini aku dambakan yaitu sebuah danau yang indah dan dipenuhi dengan bunga, ku hirup sejuknya udara segar di danau ini. “makasih mas udah nganterin adek kesini, kurasa ini adalah hari terakhir adek ada di sini, sebelum adek pergi adek mau titip surat ini untuk sahabat-sahabat ku, bilang ke mereka aku sayang mereka mas, dan bilang juga aku tak akan melupakan kenangan-kenangan saat kita bersama!!” “ngomong apaan sih dek, mas yakin kamu itu kuat kamu harus bisa nahan semuanya, jika kamu pergi sekarang apa kamu gak kasihan sama mas, sama sahabat-sahabat mu atau bahkan semua orang yang kamu sayangi” mas Sofyan menyemangati. “ aku udah gak kuat mas, mas adek minta maaf kalau adek sering nyusahin mas, adek juga berterimakasih kepada mas, mas udah banyak bantu adek, makasih banyak semuanya mas” tiba-tiba darah mengalir dari hidungku, sekilas tampak bayangan putih menghampiri ku, ku yakin itu adalah malaikat yang akan menjemputku, bayangan putih itu semakin mendekat dan dia manarik tangan ku. “mas kurasa ini sudah waktunya, selamat tinggal mas” * * * Dion pun menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Sofyan. Sofyan tak kuasa melihat Dion, dia pun menagis. “ Dion kenapa, kenapa kamu pergi secepat ini, Dion bangun…. Bangun” Pemakaman Dion pun dilakukan hari itu juga, sahabat-sahabat Dion tak henti-hentinya menagis. Di pemakaman Sofyan menyerahkan surat yang diberikan Dion sebelum Dion meninggalkan mereka. “ ini dari Dion, Dion berpesan bahwa dia sayang kalian, dia juga tidak akan melupakan kenang-kenangan saat kalian bersama.” Sofyan menyampaikan pesan Dion sambil memberikan surat itu ke Fatir. “sebenarnya Dion itu telah mengidam penyakit kanker ini dari dua tahun lalu, namun dia menyembunyikan semua ini, dia gak mau buat kalian susah, dia gak mau buat kalian sedih, dia sayang banget sama kalian.” Perlahan surat itu dibuka olah Fatir, lalu dibacanya surat tersebut Dear sahabat-sahabat ku Mungkin saat kalian membuka surat ini, aku sudah meinggalkan kalian, maafin aku ya guys gak bisa terus bersama kalian, maafin juga kesalahan-kesalahanku sama kalian, aku berterimakasih kepada kalian karena kalian telah mau menerimaku sebagai SAHABAT. Aku bangga punya sahabat seperti kalian, jujur aku tak ingin berpisah dengan kalian, kalian begitu berarti bagi ku, namun apa daya waktu tak mengijinkan kita bersama untuk lebih lama. Detak jantung semakin melemah, badan pun kini tak bisa apa-apa. Fatir mungkin selama ini kamu yang ngertiin aku, namun aku tak pernah bisa ngertiin kamu, aku selalu ngelarang-ngelarang kamu, ngatur-ngatur hidup kamu, sekali lagi aku minta maaf. Ferdinan kamu yang selalu hadirkan keceriaan di hidupku, kamu juga yang selalu mendengarkan curhat ku, aku tak kan lupakan itu semua, dan Ansori makasih atas semua perhatian kamu ke aku. Untuk semuanya maafin aku jika aku punya salah ke kalian, aku tak akan melupakan kalian sampai kapan pun kalian akan selalu ada dihati ku, aku sayang kalian guys. Jaga diri kalian baik-baik, jaga kesehatan kalian. Jangan sering bertengkar, jangan saling menyakiti dan tolong jangan lupakan aku. Selamat tinggal semuanya………………… Sahabat kalian Dion “ Dion kenapa, kenapa kamu begitu cepat ninggalin kita, kita belum sempat bahagiain kamu, terutama aku, aku tak pernah menghargai semua perhatiaan mu, aku tau kamu sering ngelarang-ngelarang aku, ngatur-ngatur aku itu semua demi kebaikan aku, tapi apa aku tak pernah mendengarkannya, maafkan aku Dion” Fatir berbicara dengan air mata yang terus mengalir semakin deras. “ kita gak akan lupain kamu Dion, kita akan sering-sering kesini untuk nemanin kamu, dan kamu harus tau Dion kamu akan tetap jadi sahabat kami, semoga kamu tenang di alam sana” tambah Ferdinan. Akhirnya Dion pun tlah meninggalkan para sahabat-sahabatnya dan juga Sofyan. Di alam sana Dion merasakan kebahagian karna sahabat-sahabatnya masih tetap menyayanginya. Perjuangan Dion selama ini sangatlah besar, dia tak pernah menyerah dalam menghadapi semua masalah dihidupnya. Kini dia telah tenang dan semua masalahnya di dunia pun mungkin telah ia lupakan. The End